BAB
I
PENDAHULUAN
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana
bagian lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah
bagian dari kulit bumi yang dapat diamati langsung dengan dekat, maka banyak
hal-hal yang dapat diketahui secara cepat dan jelas. Salah satu diantaranya
adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh jenis batuan yang berbeda satu
sama lain dan berbeda-beda materi penyusun serta berbeda pula dalam proses
terbentuknya.
Batuan karbonat sebenarnya telah banyak dipergunakan orang
dalam kehidupan sehari-hari hanya saja kebanyakan orang hanya mengetahui
cara mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui asal kejadian dan seluk-beluk
mengenai batuan karbonat ini. Secara sederhana adalah batuan dengan kandungan material
karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang
tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers &
Hsu, 1986).
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis membatasi dengan
hanya mengkaji masalah - masalah
sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan batuan
karbonat?
2. Bagaimana batuan karbonat terbentuk?
3. Apa saja mineralogi yang membentuk
batuan karbonat?
4. Bagaimanakah tekstur batuan
karbonat?
1.3.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat tujuan
masalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan apa itu batuan karbonat
2. Menjelaskan bagaimana proses terbentuknya batuan karbonat
3. Menjelaskan pembentuk batuan beku
berdasarkan mineraloginya
4. Menjelaskan tekstur batuan karboanat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.I Pengertian Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan
material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik
yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers
& Hsu, 1986).Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat
sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat
keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batugamping menurut definisi Reijers
&Hsu (1986) adalah batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95 %.
Sehingga tidak semua batuan karbonat adalah batugamping.
secara umum batuan
karbonat ini mengandung fase primer, sekunder dan butiran reworked. Fase primer
ini merupakan mineral presipitasi yang dihasilkan oleh organisme, sementara mineral
karbonat sekunder dihasilkan oleh presipitasi alami non organik yang terjadi saat proses diagenesis berlangsung. Material
reworked ini sama dengan mekanisme yang terjadi pada batuan terigen klastik
yaitu hasil abrasi pelapukan batuan sebelumnya.
lime
mud
merupakan istilah untuk material karbonat dengan butiran yang sangat halus
lebih kecil dari ukuran pasir (kurang lebih kayak matrik or lempung versi
karbonatlah) dibagi dua jenis yaitu micrite
yaitu butiran karbonat berukuran <0.004 mm dan microsparite berukuran atnara
0.004 dan 0.06 mm (Raymond, 2002). Komponen - komponen lainnya ada juga semen
karbonat yang genetiknya lebih kearah diagenesis (sementasi) karbonat dan
fragmen yang lebih kasar dalam batuan karbonat dikenal sebagai allochem
(memliki jenis yang macam-macam. Secara umum dibagi dua , yaitu: yang berasal
dari cangkang fosil atau skeletal grain dan fragmen yang bukan dari tubuh fosil
atau murni hasil presiptasi).
II.2
Tekstur Batuan Karbonat
Kalsit bisa hadir dalam
tiga bentuk tekstural:
1.
Butiran karbonat (carbonate grain)
seperti ooid dan skeletal grain, yang berukuran silt sampai yang kasar berupa
agregat kristal kalsit,
2.
Mikrokistalin kalsit atau carbonate mudy ang
secara tekstural analog dengan mud di batuan sedimen silisiklastik namun lebih
kecil lagi,
3.
Sparry calcite, yang mengandung kristal kalsit
yang lebih ‘kasar’ hanya terlihat dibawah mikroskop.
1.
Carbonate
grain
Geologis pada awalnya menganggap batugamping merupakan batuan
kristalin dengan kandungan foisil dan garam karbonat hasil presipitasi dalam
air laut. Sekarang kita tahu bahwa batuan karbonat itu tidak hanya bertekstur
‘kristalin’ tapi juga berupa agregat karbonat yang terikat semen karbonat hasil
presiptasi. Disamping butiran yang mengalami transport mekanis seperti
sebelum diendapkan (klastik). Folk (1959) menggunakan istilah allochem (baca:
alokem) untuk jenis butiran karbonat yang tidak mengalami persipitasi kimia
normal bersama tubuh batuan. Seperti batuan sedimen lainnya butiran karbonat
juga bervariasi ada yang brukuran silt kasar (0.02 mm), sand (lebih dari 2 mm).
Karbonat grain dapat dibagi dalam epat jenis,
tiap jenis mencirikan bentuk, struktur internal, dan mode dari originnya: klas
karbonat, ooid, peloid, dan butiran agregat (Boggs, 2006).
A.
Klas
Karbonat Atau Carbonate Clast (Lithoclast)
Merupakan
fragmen batuan karbonat yang berasal dari hasil erosi batugamping, di darat
atau erosi secara pasial dan sempurna dari sediemn karbonat yang terlitifikasi
di dalam cekungan pengendapan (Boggs, 2006). jika klas karbonat berasal dari
batugamping lebih tua yang hadir di darat dan sourcenya berasal dari luar
cekungan pengendapan (depositional basin), maka dikenal sebagai extraclast. Jika
berasal dari dalam basin karena erosi dari semiconsolidated arbonate sediment
di lantai laut, atau tidal flat yang berdekatan, atau carbonate beach
(beachrock) maka dikenal dengan intraclast. Perbedaan antara ekstraklas dan
intraklas memiliki implikasi yang penting terhadap interpretasi dari sejarah
transport dan pengendapan dari batugaming. Ekstraklas biasanya mengandung
iron-stained rim (pengotor besi) yang dibawa saat pelapukan terjadi, yang dapat
hadir dalam bentuk urat. tapi tetap saja distingsi (perbedaan) ini cukup sulit
untuk diamati.
litoklast memiliki range dari sangat halus sampai ukuran
pasir dan gravel, namun fragmen yang umum hadir seukuran pasir, menunjukan
tekstur yang sama dengan butiran klas (litik) lainny tapi butiran subangular
bahkan angular mengidikasikan sejarah transport dan kematangan dan sebagainya.
beberapa klas menunjukan struktur dan tekstur internal seperti laminasi, klas
yang lebih tua, butiran siliisklastik, fosil, ooid, atau pellet, tapi
kebanyakan homogen secara internal. litoklas ini tidak melimpah jumlahnya dalam
batuan karbonat jika dibandingkan dengan komponen karbonat lainnya.
Dari penjelasan diatas kurang lebih litoklas (intraklas dan
ekstraklas) analog dengan lithic fragmen di batuan sedimen kasar silisiklastik.
yaitu berasal dari hasil pelapukan batuan karbonat sebelumnya.
B.
Skeletal
Grain (butiran cangkang)
Butiran ini berasal dari fragmen tubuh (cangkang) fosil
organisme. Menurut beberapa penulis (Nichols, Raymond, Boggs, dan Tucker)
cangkang pada batuan karbonat kebanyakan disusun oleh aragonit (polymorf dari
kalsit) yang mana menurut dunham dapat berubah menjadi kalsit selama proses
diagenesis terjadi.
C.
Non skeletal
grain (butiran non-cangkang)
Ini adalah fragmen non cangkang (non fosil). Tekstur ini
termasuk jenis yang banyak dijumpai
dalam fragmen karbonat. Tekstur ini memiliki jenis yang bermacam-macam, menurut
Folk (1959, dalam Tucker 1990) dibagi kedalam: coated grain (ooid, oncoid,
pisoid, dan lain lain) dan non-coated grain (peloid, aggregate, dan clast) atau
dalam boggs (2006) seperti dijelaskan diatas ada lithoclast (intra dan ekstraklas),
ooid, peloid, dan aggregate grains.
v Ooid
Menurut Tucker (1990) Ooid merupakan tipe non skeletal yang
coated grain (butirannya diselimuti laminasi atau lapisan tipis karbonat).
menurut Boggs butiran ini menyerupai nucleous (inti) yang diselimuti oleh
laminasi tipis karbonat. nucleous ini isinya bisa berupa material terigen
(butir pasir), cangkang fosil, butiran karbonat, atau apa saja.
Menurut boggs (2006), coated grain ini terbentuk akibat
saturasi larutan karbonat dalam air (laut or danau or dimana aje) dimana bottom
current (arus bawah) yang kuat terjadi menyebabkan agitasi dan saturasi yang
tinggi dari larutan ion karbonat dalam fluida memugkinkan presipitasi karbonat
(kalsit atau aragonit) membungkus material (nucleous) tadi dan tadaaaa…
terbentuklah coated grain (ooid). batuan karbonat yang dibentuk dari fragmen
fragmen ooid ini terkadang dikenal oolite (makanya ada istilah oolitic
grainstone, wackestone dan lain lain).
Ooid dengan ukuran yang lebi besar >2 mm disebut sebagai
pisoid (batuan dengan fragmen pisoid dinamakan pisolite). Pisoid sendiri secara
umum tidak begitu speris dari ooid dan strukturnya bisanya crenulated. Beberapa
pisoid dapat dibentuk oleh alga, membentuk pola trapping.
Ooid yang
ditemukan di lapangan, dilihat dari permukaan butiran
Ada juga rodhoid (atau
rhodolith) jenis tipe khas lainnya dari coated grain carbonate yang ini yang
menyerupai coral yang dibentuk oleh alga merah.
Ooid
dilapangan
v Peloid
Peloid merupakan jenis fragmen karbonat non skeletal yang tidak
memiliki struktur internal dan ukuran dari peloid ini lebih kecil dari ooid
(0.03-0.1 mm), secara umum peooid ini berasal dari fecal pellets yaitu kotoran
hewan laut yang mensekresikan lumpur karbonat yang tidak dapat dicerna ketika
hewan - hewani ini makan. Bentukhnya kecil, oval sampe bulat, dan bisa memiliki
ukuran yang bermacam-macam . Karena dihasilkan oleh aktivitas pencernaan
organisme maka sortasi dari bentuk peloid ini cukup bagus jadi bukan
berhubungan dengan mekanisme transport arus yang ‘mematang’kan bentuk dari
peloid ini sehingga membundar seperti ooid. Maka boleh dikatakan peloid ini
terbentuk di lingkungan arus yang lebih tenang, dimana organisme bisa hidup dan
sinar matahari cukup.
v Aggreagate grain
Aggregat
merupakan suatu kenampakan butiran karbonat yang berbentuk tidak tarutur,dimana
aggregate ini merupakan jenis butiran karbonat lebih kasar, terdiri dari dua
jenis fragmen karbonat atau lebih (bisa pellet, ooid, atau fragmen fosil yang
terikat oleh mikrit (carbonate-mud matrix yang berwarna item) karena bentuknya
berupa agregat butiran butiran, beberapa dari butriran ini dapat dijumpai pada
lingkungan karbonat modern. Di bahama banks ini ada aggregate grain yang
menyerupai ikatan buah anggur pada tangkainya maka kadang disebut sebagai
‘grapestone’ (Illing, 1954). Butiran agregat lainnya dengan bentuk yang lebih
halus dikenal dengan lumps. Tucker dan Wright (1990) menyebutkan bahwa lump ini
hasil evolusi dari grapstone akibat sementasi dan mikritisasi kontinu dari
butiran. Butiran agregat di lingkungan karbonat modern terdiri dari aragonit
(secara umum), tapi beberapa limetone yang ancient dominan kalsit.
ilustrasi
aggregat grain oleh Boggs (2006)
v Matrik
(Micrite)
Micrite bisa
hadir sebagai matrik mengisi ruang antar butir karbonat, atau bisa juga menjadi
penyusun utama batugamping (mudstone). Batugamping yang disusun oleh micrite
secara keseluruhan analog dengan batulempung atau shale pada batuan sedimen
silisiklastik. Kehadiran micrite dalam batugamping umumnya diinterpratisikan
sebagai indikasi pengendapan pada lingkungan air yang tenang dimana
memungkinkan terjadinya pengendapan material halus ini. Sementara itu
pengendapan sedimen karbonat pada lingkungan dimana bottom current atau wave
energy cukup kuat umumnya mud-free (gak ada lempungnya) karena secara selektif
carbonate mud akan hilang dari lingkungan ini. Berdasarkan pertimbangan kimia,
carbonate mud atau mikrit secara teoritis terbentuk dari hasil presipitasi aragonit,
kemudian nantinya akan terkonversi menjadi kalsit, dari permukaan air yang
kelewat jenuh dengan kalsium bikarbonat. Geologist tidak begitu yakin mengenai
seberapa banyak aragonit yang dibentuk dari hasil proses inorganik ini pada
laut modern. Banyak mud karbonat modern terbentuk hasil presipitasi inorganik
yang akankita elaskan nani. Proses proses ini termasuk didalamnya rusaknya
calcareous algae di laut dangkal menghasilkan carbonate mud, dan dihasilkan
oleh nanofoisl karbonat (< 35 mm) seperti coccolith di laut dalam yang
menghasilkan calcite mud or lumpur kaslit (chalk).
v Semen
(Sparry calcite)
Pada kebanyakan batugamping terdapat mineral kalsit yang
besar besar (0.02-0.1 mm), semen hasil
presipitasi mineral mineral kalsit yang sangat halus sehingga membentuk kristal
kalsit yang besar atau juga terkadang menjadi emdia tempat tertanamnya micirite
(matriks karbonat). Dibawah sayatan tipis (mikroskop polarisasi) kristal kalsit
yang super halus ini akan berwarna putih. Jenis komponen karbonat ini oleh banyak
penulis dinamakan sparry calcite atau sparite.
Kehadiran semen sparry calcite dapat dibedakan dengan butiran
karbonat lainnya karena tidak punya struktur internal dan hadir mengisi ruang
sisa pada butiran (pori batuan). Kehadiran dari semen sparry calcite ini
mengindikasikan bahwa pori batuan (void) tidak terisi oleh lime mud (micrite)
saat pengendapan terjadi, menunjukan pengendapan yang terjadi pada kondisi
agitated-water (air yang tidak tenang, bergejolak).
Sparry calcite dapat terbentuk pada batugamping purba melalui
kristailsasi dari pengendapan primer butiran dan mikrit selama proses
diagenesis. Sparry calcite dibentuk oleh rekristalisasi yang mungkin dapat
lebih sulit diidentifikasi dengan yang prosesnya diagentik maupun yang non
diagenetik karena saking super halusnya itu butiran. Sehingga sering terjadi
eror dalam interpretasi lingkungan pengendapan dan klasifikasi batugamping
(Boggs, 2006 hal 167).
Tekstur planar dan non planar pada dolomit (Gregg dan Sibley
1984)
II.3
Kimia dan Mineralogi Karbonat
Batuan karbonat tersusun
oleh ion kalsium (Ca2+), ion Magnesium
(Mg2+), dan tentu saja karbonat (CO3-). kalsium adalah logam umum yang dijumpai
pada hampir semua batuan karbonat (baik batugamping maupun dolomit) dan
magnesium merupakan komponen yang penting dalam dolomit. Kadar SiO2nya rendah.
Kelimpahan silika yang banyak pada batuan karbonat tergantung pada kandungan
lempung silisiklastik yang ikut terendapkan bersama butiran karbonat yang
mengakibatkan kadar besi, silikat, dan alumina juga meningkat saat dianalisis
kandungan kimianya.
Banyak juga unsur lain yang hadir
sebagai komponen minor atau elemen jejak. Elemen-lemen jejak ini seperti: B,
Be, Ba, Sr, Br, Cl, Co, Cr, Cu, Ga, Ge, dan Li. Konsetnrasi elemen jejak ini
dikontrol bukan hanya oleh mineralogi dari batuan tapi juga oleh tipe dari
kelimpahan relatif dari butiran fosil skeletal dalam batuan. Banyak konsetnrat
organisme dan unsur jejak yang ikt terbawa oleh fosil konsentrat ini
diantaranya Ba, Sr, dan Mg dalam struktur sekeltalnya.
Pada batuan karbonat secara umum komposisi mineral
utamanya adalah aragonite. Aragonit ini akan berubah menjadi kalsit
dan dolomit. Kalsit (CaCO3) juga mengandung magnesium dalam formulanya. Pada
kristal rombohedral kalsit kalsium dapat diganti oleh magnesium yang mampu
‘mempertahankan’ struktur yang sama ketika kalsium ini larut dalam air untuk
membentuk polimorf dolomit. Ion magnesium
dan ionkalsium ini mempunyai ukuran yang sama. Maka, kita mengenal istilah
low-magnesium calcite (atau disebut kalsit) nilai MGCO3nya kurang dari 4% dan
high magnesian calcite mengandung MgCO3 lebih dari 4%. Kandungan kalsit
yang tinggi ini menjadikan batugamping berubah menjadi dolomit. Dikenal juga
istilah stoichiometric dolomite, merupakan jenis dolomite dengan perbandingan
mol massa Mg dan Ca dalam dolomite 50% dan susunan ioannya teratur, beberapa
sumber lain menyebutkan (wikipedia
dimana lagi) bahwa suhu yang tinggi (mencapai 100 deg C) mampu mempercepat
pertukaran ion Mg dan Ca dalam struktur yang teratur maka produknya disebut
stoichiometric dolomite tadi.
Mineralogi
dan kimia dari sedimen karbonat dapat secara kuat dipengaruhi oleh komposisi
fosil organisme kalkareous yang hadir, sebagai contoh, banyak moluska seperti
pelecypoda, gastropoda, pteropoda, chotons, dan chepalopoda, alga hijau,
stromatoporoid, scleractinian corals, dan annelida (skeletal grain semua)
membentuk cangkang aragonit. Echinoid, crinoid, foram bentik, dan corallin alga
merah secara umum kaya akan magnesium kalsit. Beberapa organisme lain yang
mensekresi karbonat seperti foram planktonik, coccolith, dan brachiopoda,
memiliki low-magnesian calcite pada cangkangnya.
Beberapa studi elemen jejak telah dilakukan pada mienral
karbonat (Parekh et al 1977., Tlig dan M’RAbet 1985; Thomas, 1993). Secara umum
nilai elemen rendah, karena kebanyakan unsur jejak tidak mengganti secara
langsung unsur unsur lain dalam mineral karbonat (originnya gak bareng sama
keterbentukan karbonat itu sendiri). Sebagai contoh dolostone dan batugamping
(induk) yang berhubungan di Tunisia memiliki kelimpahan REE yang rendah (Tlig
dan M’RAbet, 1985). lebih jauh lagi, kerja Tlig dan M’Rabet ini menunjukan
bahwa dolomitisasi tidak menghasilkan perubhan radikal dari bentuk pola REE
yang hadir tapi menurunkan nilai REE secara umum. maka, jika pola REE terntentu
menggambarkan provenance atau kondisi lingkungan pengendapan, pola ini dapat
terpreservasi selama proses diagensis.
Analisis isotop dari material karbonat lebih umum dipakai
dalam aspek geokimia karbonat dibandingkan studi unsur jejak. Studi-studi
isotop yang digunakan, dimanfaatkan untuk menunjukan nature (ciri alami) dan
jumlah relatif dari kehadiran air selama pengendapan atau diagenesis (Land,
1980). isotop stabil yang dipakai disini adalah hidrogen, karbon, dan oksigen
(rasio oksigen 18 dan 16 sering dipake disini).
Mekanisme dasar
bagaimana presipitasi karbonat ini terbentuk secara kimiawi
Ketika karbon dioksida (CO2) larut dalam air akan
menghasilkan asam karbonat (carbonic acid), selanjutnya asam karbonat ini akan
terdisosiasi (terurai) ketika berada dalam air melepaskan ion hidrogen (H+) dan
ion asam bikarbonat (HCO3-). Terlepasnya ion Hidrogen dari terurainya
(terdisosiasi) asam bikarbonat (HCO3-) meningkatkan keasaman larutan (nilai pH
menurun) rekasi terkahir (6.3) diatas menunjukan bahwa ion karbonat (CO3-) yang
lepas inilah yang akan berikatan dengan kation-kation logam lain pembentuk mineral
karbonat. menurut Boggs, penambahan CO2 pada reaksi ini menyebabkan disolusi
(pelarutan) dari ion karbonat yang akan menurunkan pH (atau meningkatnya
keasaman penyebab terlepasnya ion H dalam air pada reaksi pertama).
Jika kristal kalsit atau aragonit dapat bereaksi dengan
larutan asam karbonat (carbonic acid) H2CO3 maka mineral mienral ini akan mudah
larut (dissolved), reaksinya bisa disingkat seperti dibawah:
Presipitasi
Karbonat Secara Anorganik
Kehilangan karbon dioksida yang signifikan melalui berbagai
mekanisme mesti memicu terjadinya perseiptasi mineral kalsium karbonat. Dari
data rekaman geologi yang diketahui air dekat permukaan di laut kelewat jenuh
oleh larutan karbonat (diperkirakan enam kali disumbangkan oleh kalsit terlarut
dan empat kali aragonit) (Morse dan Mckenzie, 1990). indikasi kelewat jenuh
(oversaturasi) ini mengindikasikan keengganan (reluktansi) kalsium karbonat
untuk mengendap. Ada dua alasan kenapa
mineral kalsium karbonat ini tidak terpresipitasi di luat seperti pada persamaan
6.4 diatas.
Pertama, magnitud perubahan pH yang hadir pada laut terbuka
karena hilangnya karbon dioksida secara relatif kecil, hal ini disebabkan oleh
air laut adalah larutan buffer yang baik. Bufferingi ini terjadi karena
porsi cukup dari karbon dioksida trlaurt dalam air laut membentuk disoisasi
H2CO3 daripada harus melepas ion H+ (yang akan membuat larutan semakin asam),
HCO3-, dan CO3- yaitu membentuk persamaan persamaan 6.2 dan 6.3 diatas. Reaksi
buffer ini disebabkan oleh tingginya alkalinitas dari ari laut; maka,
onsentrasi besar dari ion karbonat dan bikarbonat yang sudah ada sebelumnya di
permukaan air di laut ini mencegah rusaknya (terurai or disosiasi) dari H2CO3
untuk membentuk ion ion tadi. Menurut beberapa penulis, pH yang dipertahankan
oleh air laut ini berkisar antara 7.8-8.4 (Bathurst, 1975) (jadi air laut itu
sifatnya larutan penyangga basa).
Kedua, kehadiarn ion Mg2+ pada konsetrasi yang dijumpai dalam
air laut telah ditunjukan berdasarkan eksperimen cukup kuat mencegah presipitasi
dari kalsit (CaCO3). Eksperimen oleh Berner (1975) menunjukan bahwa Mg2+ ini
akan langsung menyerap permukaan dari kristal kalsit dan masuk kedalam struktur
keristalnya. menurut Berner, adanya konsenrasi kation Mg di laut ini akan
mencegah nukleasi pertumbuhan kalsit dan meningkatkan kelarutan kristal kalsit,
karena stabilitas kristal kalsit menjadi menurun. Aragonit yang juga teridiri
dari rumus kimia CaCO3 tapi memiliki struktur kristal yang berbeda (ortorombik)
dengan kalsit (rombohedral). ion Mg y ang hadir akan menyerap nuclei aragonit
dan mengganggu pertumbuhan kristal. maka, aragonit tidak terpesipitasi sempurna
secara bebas di air laut, meskipun permukaan air jenuh dengan kalsium karbonat,
kemungkinan juga organophospathic coating (selubung organofosfatik) yang tipis
pada aragonit menjadi benih dari nuclei ini juga menghalangi pertumbuhan
kristal (Berner, 1978).
Meskipun kalsit tidak terpresitpitasi secara bebas di laut
modern karena kelimpahan ion Mg2+, akumulasi bukti terbentuknya presipitasi
kalsit dan aragonit di laut purba dapat terjadi dengan menurnnya konsentrasi
ion Mg2+ (Sandberg, 1983). Stanley dan Hardie menghubungkan nama nama dari
prespitasi kalsit terhadap tingkat pergerakan dari pemekaran lantai samudra
(rate of spreading). dimana pada fase ini terjadi penyerapan Mg di air laut
oleh basalt di lantai samudra. maka karbonat seletal dan on skeletal
terendapkan selama kamrian awal sampai missisippian tengah dan jurasik tengah
dan tersier akhir secara dominan kalsitnya adalah low magnesian calcite,
sementara pada missisipian tengah-jurasik tengah dan tersier aihir-kuarter
secara dominan aragonit dan hihg-magnesian calcite (perhatikan ilustrasi
dibawah).
Presipitasi
Karbonat Secara Organik
Presipitasi karbonat yang dibantu oleh organisme ada berbagai
jenis mekanisme: bisa langsung dari ekstraksi CaCO3 yang terlarut dalam air,
bisa lewat fotosintesis dari bakteri atau hewan laut yang bisa melakukan
fotosintesis (kayak cyaobacteria) yang mengekstraksi CO2 di air buat biin
karbohidrat, atau melalui mediasi bakteri, organic decay (matinya organisme
yang mensekresi CO2, serta yang terkahir generasi pellet (peloid).
1.
Ekstraksi Langsung Caco3 Dair Air Untuk
Membentuk Elemen Skeletal.
Peranan yang paling penting dari organisme dalam menghasilkan
karbonat adalah mengambil kandungan karbonat terlarut dalam air untuk membangun
struktur cangkannya. Semua jenis sel hewan laut kebanyakan terbentuk melalui
mekanisme ini. bentonik, planktonik, alga, coral, moluska, dan echinodermata
mampu menyerap saturasi CaCO3 di air laut khususnya di daerah tropis.
Kebanyakan organisme yang membangung material cangkang
(skeletal) terbentuk dari kalsit magnesian rendah (low magnesian calcite), Sementara
ada juga cangkang hewan yang tersusun dari hihg-magnesian calcite atau
aragonit. Di dasar laut ditutupi oleh calcareous ooze yang secara dominan
merupakan cangkang foraminifera, ada yang menyebutnya coccolithophores alga dan
pteropods.
2.
Mediasi
Bakteri Untuk Presipitasi Karbonat
Bakteri dapat
memerankan peranan tidak langsng dalam presipitasi beberapa sedimen karbonat. Sebagai
contoh Chafetz (1986) beranggapkan bahwa beberapa peloid marine berasal dari
prespitasi kalsit atau magnesian kalsit halus disekitar gumpalan aktif produk
aktifitas bakteri. Menyebabkan litifikasi dari microbial mats membentuk
stromatolit (Buczynski dan Chafetz, 1993). Presipitasi kalsium karbonat melalui
media mikroba berhubungan juga dengan fotosintesis dan transportasi ion melalui
dinding sel. kalsifikasi hadir dibagian luar dari dindingn sel dalam lingkungan
mikro alkalin ini, yang akan melepaskan Ca2+ yang diangkut dari sel dan akan
terjadi pertukaran dengan mengangkur 2H+. kalsifikasi dihasilkan dari
diserapnya CO2 (microalga) atau HCO3- (cyanobacteria). Melimpahnya karbon
organik dalam dinding sel akan diserap dari sel ke lingkungan microalkaline,
menyediakan sumber tambahan dari karbon untuk laksifikasi (Yates dan Robbins, 2001).
3.
Membusuknya
Organisme Yang Mati (Decay Of Dead Organism)
Decay
(pembusukan) akan melepaskan berbagai asam organik dan karbon dioksida ke air,
menyebabkan keasaman bertambah (pH menurun). dengan kata lain, beberapa produk
dari pembusukan dapat berupa alkaline (pH menurun) alkalinitias dapat meningkat
karena material organik, berkaitan dengan reduksi sulfat oleh bakteri.
meningkatnya alkainitas ini akan membantu presipitasi CaCO3.
II.4
KLASIFIKASI BATUAN KARBONAT
Berbicara klasifikasi karbonat berbeda dengan klasifikasi
batuan sedimen silisiklastik lainnya. Perbedaannya terletak pada pada material
komposisi karena batuan karbonat itu cenderung satu jenis yang dominan (mineral
karbonat saja) maka penamaan yang dipakai lebih ke arah tekstural pada batuan
(kalo batuan silisiklatik kan dominasi kristal yang hadir serta komposisi
matriknya untuk pasir dan konglomerat) dikarbonat kombinasi komponen berbanding
kombinasi persen matrik dan semen menjadi faktor utama penamaan batuan,
ditambah mekanisme kenampakan genetis matrik yang mengikat fragmen (untuk yang
biogenik). mari kita lihat.
Setidaknya ada tiga klasifikasi yang paling populer untuk
batuan karbonat ini : dari R.L Folk (1959/62), Dunham (1962), dan Embry dan
Klovan (1971), dan satu lagi dari Wright (1992).
Kklasifikasi Folk fokus pada persentase butiran vs matrik
plus semen sparit, sementra Dunham juga Embry and Klovan memakai mud versus
grain fabric, sementara Wright menggunakan parameter yang lebih luas lagi
menambahkan genetiknya, diagenetiknya, biologinya, dan depositional fabriknya.
Klasifikasi Folk (1959/62)
II.5
LINGKUNGAN PENGENDAPAN KARBONAT.
a.
Lingkungan Laut
Batuan karbonat dilaut bisa terbentuk diberbagai tempat mulai
dari laut transisi sampai deep basin (laut dalam). Perhatikan skema yang dibuat
oleh Wilson (1975) dalam Raymond (2002).
Terdapat sembilan lingkungan pengendapan dari marine
carboante rock yang diketahui dari rekaman geologi (Bathurst 1975, J.L Wilson,
1975; J.F Read, 1980), lingkungan lingkungan ini adalah: basin, slope, ramps,
shelf margin, foreslope, reefs, dan carbonte builds up lainnya, open shelves,
shoals, dan platform marine environment. tiap lingkungan ini dicirikan oleh
KEHADIRAN fasies karbonat yang khas: litofasies, struktur, dan foisl yang hadir
(seperti pada penjelasan tabel yang menyertai gambar 9.4 diatas). Konfigurasi
batas kontinental yang hadir adalah satu dimana ada reef dan lereng curam
di depanya (ke arah laut dalam) kedua contental rise dengan carbonate ramp
(paparan atau lantai laut tempat carbonate ini mengendap liat ilustrasi
diatas).
BAB III
PENUTUP
III.I Kesimpulan
Batuan karbonat adalah batuan
dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel
karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi
langsung (Rejers & Hsu, 1986).Bates & Jackson (1987) mendefinisikan
batuan karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat
dengan berat keseluruhan lebih dari 50 %.
DAFTAR PUSTAKA
http://geologi08.wordpress.com/2012/02/23/60/