1. Sifat magnet batuan
1.Diamagnetik
atom – atom pembentuk batuan mempunyai kulit elektron berpasangan. Jika mendapat medan magnet dari luar orbit, elektron tersebut akan berpresesi yang menghasilkan medan magnet lemah yang melawan medan magnet luar tadi. Mempunyai Susceptibilitas k negatif dan kecil serta tidak tergantung dari pada medan magnet luar.
Contoh
: bismuth, grafit, gipsum, marmer, kuarsa, garam.
2.Paramagnetisme
Terdapat kulit elektron terluar yang belum jenuh yakni ada elektron yang spinnya tidak berpasangan. Jika terdapat medan magnetik luar, spin tersebut berpresesi menghasilkan medan magnet yang mengarah searah dengan medan tersebut sehingga memperkuatnya. Akan tetapi momen magnetik yang terbentuk terorientasi acak oleh agitasi termal, sehingga Susceptibilitas k positif dan > 1 serta bergantung pada temperatur.
Contoh : piroksen, olivin, garnet, biotit, amfibolit dll.
Dalam benda-benda magnetik, medan yang dihasilkan oleh momen-momen magnetik atomik permanen, cenderung untuk membantu medan luar, sedangkan untuk dielektrik-dielektrik medan dari dipol-dipol selalu cenderung untuk melawan medan luar, apakah dielektrik mempunyai dipol-dipol yang terinduksi atau diorientasikan.
3.Ferromagnetic
Terdapat banyak kulit electron yang hanya diisi oleh satu electron sehingga mudah terinduksi oleh medan luar.keadaan ini diperkuat lagi oleh adanya kelompok-kelompok bahan berspin searah yang membentuk dipole-dipol magnet (domain) mempunyai arah sama, apalagi jika didalam medan magnet luar. Susceptibilitas k positif dan >> 1. serta bergantung dari temperature.
Contoh : besi, nikel, kobalt.
4.Antiferromagnetik
domain-domain menghasilkan dipole magnetic yang saling berlawanan arah sehingga momen magnetic secara keseluruhan sangat kecil.
Bahan antiferromagnetik yang mengalami cacat kristal akan mengalami medan magnet kecil dan suseptibilitasnya seperti pada bahan paramagnetic suseptibilitas k seperti paramagnetic, tetapi harganya naik sampai dengan titik curie kemudian turun lagi menurut hokum curie-weiss.
Contoh : hematit ( Fe2O3 ).
5.Ferrimagnetik
domain-domain juga saling antiparalel tetapi jumlah dipol pada masing-masing arah tidak sama sehingga masih mempunyai resultan magnetisasi cukup besar. Suseptibilitasnya tinggi dan tergantung temperatur.
Contoh : magnetit ( Fe3O4 ), ilmenit ( FeTiO3 ), pirhotit ( FeS ).
2. Kegunaan dari metode geofisiska dalam
pertambanga
Metode magnetik sering digunakan
dalameksplorasi pendahuluan minyak bumi,panas bumi, dan bahan - bahan mineral seperti bijih besi, emas dll.
3.Macam- Macam Alat Geomagnetik
MAGNETOMETER
•
Alat
utk mengukur medan magnet bumi namanya magnetometer.
•
Hasil pengukurannya adalah medan magnet absolut,
ketelitiannya biasanya sampai 1 nt (nano tesla)
• Cara mengukurnya bisa dgn magnetometer portable
(alatnya digendong seperti tas\ punggung), bisa
dgn aero magnetometer (yg ini digandeng dgn
pesawat) dan menggunakan kapal laut.
Cara Kerja Alat
:
•
Cara kerja proton
precession magnetometer :
•
Prinsip
kerjanya menggunakan presesi dari proton.
Medan
magnet yg cukup kuat akan menginduksi proton (yg terdapat dalam cairan kaya hidrogen) sumbu putar proton akan mengikuti sumbu dari
magnet medan magnet yg kuat dihilangkan sumbu putar proton akan berubah mengikuti sumbu medan magnet bumi.
•
Perubahan
arah sumbu putar dari proton ini (dari medan yg
Kuat ke medan magnet bumi) disebut dengan presesi. Perubahan arah sumbu putar ini yang kemudian
diterjemahkan oleh alat menjadi pembacaan besarnya medan magnet bumi di lokasi
tsb.
GLOBAL
POSITIONING SYSTEM (GPS)
Peralatan ini
digunaka untuk mengukur posisi titik pengukuran yang meliputi bujur, lintang,
ketinggian, dan waktu. GPS ini dalam penentuan posisi suatu titik lokasi
menggunakan bantuan satelit. Penggunaan sinyal satelit karena sinyal satelit
menjangkau daerah yang sangat luas dan tidak terganggu oleh gunung, bukit,
lembah dan jurang.
4.Metode Pengukuran dan Pengolahan
Data Geomagnetik
Metode
Pengukuran Data Geomagnetik
Dalam melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan paling utama yang
digunakan adalah magnetometer. Peralatan ini digunakan untuk mengukur kuat
medan magnetik di lokasi survei. Salah satu jenisnya adalah Proton
Precission Magnetometer (PPM) yang digunakan untuk mengukur nilai kuat
medan magnetik total. Peralatan lain yang bersifat pendukung di dalam survei
magnetik adalah Global Positioning System (GPS). Peralatan ini
digunaka untuk mengukur posisi titik pengukuran yang meliputi bujur, lintang,
ketinggian, dan waktu. GPS ini dalam penentuan posisi suatu titik lokasi
menggunakan bantuan satelit. Penggunaan sinyal satelit karena sinyal satelit
menjangkau daerah yang sangat luas dan tidak terganggu oleh gunung, bukit,
lembah dan jurang.
Beberapa peralatan penunjang lain yang sering digunakan di dalam survei
magnetik, antara lain (Sehan, 2001) :
1. Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan dari medan magnet
bumi.
2. Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak titik pengukuran
pada saat survei magnetik di lokasi
3. Sarana transportasi
4. Buku kerja, untuk mencatat data-data selama pengambilan data
5. PC atau laptop dengan software seperti Surfer, Matlab, Mag2DC, dan
lain-lain.
Pengukuran data medan magnetik di lapangan dilakukan menggunakan peralatan
PPM, yang merupakan portable magnetometer. Data yang dicatat selama proses
pengukuran adalah hari, tanggal, waktu, kuat medan magnetik, kondisi cuaca dan
lingkungan.
Dalam melakukan akuisisi data magnetik yang pertama dilakukan adalah
menentukan base station dan membuat station – station pengukuran (usahakan
membentuk grid – grid). Ukuran gridnya disesuaikan dengan luasnya lokasi
pengukuran, kemudian dilakukan pengukuran medan magnet di station – station
pengukuran di setiap lintasan, pada saat yang bersamaan pula dilakukan
pengukuran variasi harian di base station.
Pengaksesan Data IGRF
IGRF singkatan dati The International Geomagnetic
Reference Field. Merupakan medan acuan geomagnetik intenasional. Pada
dasarnya nilai IGRF merupakan nilai kuat medan magnetik utama bumi (H0).
Nilai IGRF termasuk nilai yang ikut terukur pada saat kita melakukan pengukuran
medan magnetik di permukaan bumi, yang merupakan komponen paling besar dalam
survei geomagnetik, sehingga perlu dilakukan koreksi untuk menghilangkannya.
Koreksi nilai IGRF terhadap data medan magnetik hasil pengukuran dilakukan
karena nilai yang menjadi terget survei magnetik adalan anomali medan magnetik
(ΔHr0).
Nilai IGRF yang diperoleh dikoreksikan terhadap data kuat medan magnetik
total dari hasil pengukuran di setiap stasiun atau titik lokasi pengukuran.
Meskipun nilai IGRF tidak menjadi target survei, namun nilai ini bersama-sama
dengan nilai sudut inklinasi dan sudut deklinasi sangat diperlukan pada saat
memasukkan pemodelan dan interpretasi.
Pengolahan Data Geomagnetik
Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka
dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada
setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi harian, IGRF
dan topografi.
1.
Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai
medan magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari
dalam satu hari. Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan waktu
pengukuran data medan magnetik di setiap titik lokasi (stasiun pengukuran) yang
akan dikoreksi. Apabila nilai variasi harian negatif, maka koreksi harian
dilakukan dengan cara menambahkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu
tertentu terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila
variasi harian bernilai positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara
mengurangkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap
data medan magnetik yang akan dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan
ΔH = Htotal ± ΔHharian
2.
Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah konstribusi dari
tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik luar dan
medan anomali. Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah niali IGRF. Jika
nilai medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka kontribusi
medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat
dilakukan dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik
total yang telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada posisi
geografis yang sesuai. Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat
dituliskan sebagai berikut :
ΔH = Htotal ± ΔHharian ± H0
Dimana H0 = IGRF
3.
Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei megnetik
sangat kuat. Koreksi topografi dalam survei geomagnetik tidak mempunyai aturan
yang jelas. Salah satu metode untuk menentukan nilai koreksinya adalah dengan
membangun suatu model topografi menggunakan pemodelan beberapa prisma segiempat
(Suryanto, 1988). Ketika melakukan pemodelan, nilai suseptibilitas magnetik (k)
batuan topografi harus diketahui, sehingga model topografi yang dibuat,
menghasilkan nilai anomali medan magnetik (ΔHtop) sesuai
dengan fakta. Selanjutnya persamaan koreksinya (setelah dilakukan koreski
harian dan IGRF) dapat dituliska sebagai
ΔH = Htotal ± ΔHharian – H0 –
ΔHtop
Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik yang terukur
dilapangan, maka diperoleh data anomali medan magnetik total di topogafi. Untuk
mengetahui pola anomali yang diperoleh, yang akan digunakan sebagai dasar dalam
pendugaan model struktur geologi bawah permukaan yang mungkin, maka data
anomali harus disajikan dalam bentuk peta kontur. Peta kontur terdiri dari
garis-garis kontur yang menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai anomali sama,
yang diukur dar suatu bidang pembanding tertentu.
Reduksi ke Bidang Data
Untuk mempermudah proses pengolahan dan interpretasi
data magnetik, maka data anomali medan magnetik total yang masih tersebar di
topografi harus direduksi atau dibawa ke bidang datar. Proses transformasi ini
mutlak dilakukan, karena proses pengolahan data berikutnya mensyaratkan input
anomali medan magnetik yang terdistribusi pada biang datar. Beberapa teknik
untuk mentransformasi data anomali medan magnetik ke bidang datar, antara lain
: teknik sumber ekivalen (equivalent source), lapisan ekivalen (equivalent
layer) dan pendekatan deret Taylor (Taylor series approximaion),
dimana setiap teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan (Blakely, 1995).
Pengangkatan ke Atas
Pengangkatan ke atas atau upward continuation merupakan
proses transformasi data medan potensial dari suatu bidang datar ke bidang
datar lainnya yang lebih tinggi. Pada pengolahan data geomagnetik, proses ini
dapat berfungsi sebagai filter tapis rendah, yaitu unutk menghilangkan suatu
mereduksi efek magnetik lokal yang berasal dari berbagai sumber benda magnetik
yang tersebar di permukaan topografi yang tidak terkait dengan survei. Proses
pengangkatan tidak boleh terlalu tinggi, karena ini dapat mereduksi anomali
magnetik lokal yang bersumber dari benda magnetik atau struktur geologi yang
menjadi target survei magnetik ini.
Koreksi Efek Regional
Dalam banyak kasus, data anomali medan magnetik yang menjadi target survei
selalu bersuperposisi atau bercampur dengan anomali magnetik lain yang berasal
dari sumber yang sangat dalam dan luas di bawah permukaan bumi. Anomali
magnetik ini disebut sebagai anomali magnetik regional (Breiner, 1973). Untuk
menginterpretasi anomali medan magnetik yang menjadi target survei, maka
dilakukan koreksi efek regional, yang bertujuan untuk menghilangkan efek
anomali magnetik regioanl dari data anomali medan magnetik hasil pengukuran.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperoleh anomali
regional adalah pengangakatan ke atas hingga pada ketinggian-ketinggian
tertentu, dimana peta kontur anomali yang dihasilkan sudah cenderung tetap dan
tidak mengalami perubahan pola lagi ketika dilakukan pengangkatan yang lebih
tinggi.
Interpretasi Data Geomagnetk
Secara umum interpretasi data geomagnetik terbagi menjadi dua, yaitu
interpretasi kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kualitatif didasarkan
pada pola kontur anomali medan magnetik yang bersumber dari distribusi
benda-benda termagnetisasi atau struktur geologi bawah permukaan bumi.
Selanjutnya pola anomali medan magnetik yang dihasilkan ditafsirkan berdasarkan
informasi geologi setempat dalam bentuk distribusi benda magnetik atau struktur
geologi, yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi yang
sebenarnya.
Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model dan
kedalaman benda anomali atau strukutr geologi melalui pemodelan matematis.
Untuk melakukan interpretasi kuantitatif, ada beberapa cara dimana antara satu
dengan lainnya mungkin berbeda, tergantung dari bentuk anomali yang diperoleh,
sasaran yang dicapai dan ketelitian hasil pengukuran.
Data
Lapangan
|
Koreksi Variasi
|
Koreksi IGRF
|
Anomali Medan Magnet Tetap
|
Pembuatan
Peta Anomali Medan Magnet Total
|
Pemodelan
|
Selesei
|
(Diagram Alir
Pengolahan Data Magnetik)
19.40 |
Category:
kuliahQ
|
1 komentar
Comments (1)
referensinya dari mana saja mas?